1.Diriwayatkan dari Abu Said, ia berkata :
Adalah Nabi saw. pada hari raya 'iedul fitri dan 'iedul adhha keluar ke mushalla ( padang untuk shalat ), maka pertama yang beliau kerjakan adalah shalat, kemudian setelah selesai beliau berdiri menghadap kepada manusia sedang manusia masih duduk tertib pada Saf mereka, lalu beliau memberi nasihat dan wasiat ( khutbah ) apabila beliau hendak mengutus tentara atau ingin memerintahkan sesuatu yang telah beliau putuskan,beliau perintahkan setelah selesai beliau pergi. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
2. Telah berkata Jaabir ra:
Saya menyaksikan shalat 'ied bersama Nabi saw. beliau memulai shalat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai beliau berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingakan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka. ( H.R : Muslim )
3. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata :
Umar mendapati pakaian tebal dari sutera yang dijual, lalu beliau mengambilnya dan membawa kepada Rasulullah saw. lalu berkata : Yaa Rasulullah belilah pakaian ini dan berhiaslah dengannya untuk hari raya dan untuk menerima utusan. Maka beliaupun menjawab : Sesungguhnya pakaian ini adalah bagian orang-orang yang tidak punya bagian di akherat ( yakni orang kafir ). ( H.R Bukhary dan Muslim )
4. Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah ra. ia berkata :
Rasulullah saw. memerintahkan kami keluar pada 'iedul fitri dan 'iedul adhha semua gadis-gadis, wanita-wanita yang haidh, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haidh mengasingkan diri dari mushalla (tempat shalat 'ied ), mereka meyaksikan kebaikan dan mendengarkan da'wah kaum muslimin ( mendengarkan khutbah ). Saya berkata : Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai jilbab? Beliau bersabda : Supaya saudaranya meminjamkan kepadanya dari jilbabnya. ( H.R : Jama'ah)
5. Diriwayatkan dariAnas bin Malik ra. ia berkata :
Adalah Nabi saw. Tidak berangkat menuju mushalla kecuali beliau memakan beberapa biji kurma, dan beliau memakannya dalam jumlah bilangan ganjil. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
6. Diriwayatkan dari Buraidah ra. ia berkata :
Adalah Nabi saw keluar untuk shalat 'iedul fitri sehingga makan terlebih dahulu dan tidak makan pada shalat 'iedul adhha sehingga beliau kembali dari shalat 'ied. ( H.R : Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan Ahmad)
7. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata :
Bahwasanya Nabi saw. keluar untuk shalat 'iedul fitri dua raka'at, tidak shalat sunah sebelumnya dan tidak pula sesudahnya. ( H.R : Bukhary dan Muslim )
8. Diriwayatkan dari Jaabir ra. ia berkata :
Adalah Nabi saw apabila keluar untuk shalat 'ied ke mushalla, beliau menyelisihkan jalan ( yakni waktu berangkat melalui satu jalan dan waktu kembali melalui jalan yang lain ). (H.R : Bukhary )
9. Diriwayatkan dari Yazid bin Khumair Arrahbiyyi ra. ia berkata :
Sesungguhnya Abdullah bin Busri seorang sahabat nabi saw. keluar bersama manusia untuk shalat 'iedul fitri atau 'iedul adhha, maka beliau mengingkari keterlambatan imam, lalu berkata : Sesungguhnya kami dahulu ( pada zaman Nabi saw. ) pada jam-jam seperti ini sudah selesai mengerjakan shalat 'ied. Pada waktu ia berkata demikian adalah pada shalat dhuha. ( H.R : Abu Daud dan Ibnu Majah )
10. Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang pakciknya dari golongan Anshar, ia berkata : Mereka berkata : Kerana tertutup awan maka tidak terlihat oleh kami hilal syawal, maka pada pagi harinya kami masih tetap puasa, kemudian datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi dihadapan Rasulullah saw.bahwa mereka kemarin melihat hilal. Maka Rasulullah saw. memerintahkan semua manusia ( ummat Islam ) agar berbuka pada hari itu dan keluar menunaikan shalat 'ied pada hari esoknya. ( H.R : Lima kecuali At-Tirmidzi )
11. Diriwayatkan dari Azzuhri, ia berkata :
Adalah manusia (para sahabat) bertakbir pada hari raya ketika mereka keluar dari rumah-rumah mereka menuju tempat shalat 'ied sampai mereka tiba di mushalla ( tempat shalat 'ied ) dan terus bertakbir sampai imam datang, apabila imam telah datang, mereka diam dan apabila imam ber takbir maka merekapun ikut bertakbir. (H.R: Ibnu Abi Syaibah)
12. Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud ra. bertakbir pada hari-hari tasyriq dengan lafadz sbb : ( artinya ) :
Allah maha besar, Allah maha besar, tidak ada Illah melainkan Allah dan Allah maha besar, Allah maha besar dan bagiNya segala puji. (H.R Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih )
13. Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia berkata :
Sesungguhnya Nabi saw. bertakbir pada shalat 'ied dua belas kali takbir. dalam raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada raka'at yang kedua lima kali takbir dan tidak shalat sunnah sebelumnya dan juga sesudahnya. (H.R : Amad dan Ibnu Majah )
14. Diriwayatkan dari Samuroh, ia berkata :
Adalah Nabi saw. dalam shalat kedua hari raya beliau membaca : Sabihisma Rabbikal A'la dan hal ataka hadithul ghosiah. ( H.R : Ahmad )
15. Diriwayatkan dari Abu Waqid Allaitsi, ia berkata :
Umar bin Khaththab telah menanyakan kepadaku tentang apa yang dibaca oleh Nabi saw. Waktu shalat 'ied . Aku menjawab : beliau membaca surat ( Iqtarabatissa'ah ) dan ( Qaaf walqur'anul majid). (H.R : Muslim )
16. Diriwayatkan dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata :
Nabi saw. Mendirikan shalat 'ied, kemudian beliau memberikan ruhkshah / kemudahan dalam menunaikan shalat jumaat, kemudian beliau bersabda : Barang siapa yang mahu shalat jumaat, maka kerjakanlah. ( H.R : Imam yang lima kecuali At-Tirmidzi )
17. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
bahwasanya Nabi saw. bersabda pada hari kamu ini, telah berkumpul dua hari raya ( hari jumaat dan hari raya ), maka barang siapa yang suka shalat jumaat, maka shalatnya diberi pahala sedang kami akan melaksanakan shalat jumaat. ( H.R : Abu Daud )
KESIMPULAN
Hadith-hadith tersebut memberi pelajaran kepada kita tentang adab-adab shalat hari raya sbb : Pakaian Pada saat mendirikan shalat kedua hari raya disunnahkan memakai pakaian yang paling bagus. ( dalil : 3 )
Makan
a. Sebelum berangkat shalat hari raya fitri disunnahkan makan terlebih dahulu, jika terdapat beberapa butir kurma , jika tidak ada maka makanan apa saja.
b. Sebaliknya pada hari raya 'iedul adhha, disunahkan tidak makan terlebih dahulu sampai selesai shalat 'iedul adhha. ( dalil : 5 dan 6 )
Mendengungkan takbir
a. Pada hari raya 'iedul fitri, takbir didengungkan sejak keluar dari rumah menuju ke tempat shalat dan sesampainya di tempat shalat terus dilanjutkan takbir didengungkan sampai shalat dimulai. ( dalil : 11 )
b. Pada hari raya 'iedul adhha, takbir boleh didengungkan sejak Shubuh hari Arafah ( 9 Dzul Hijjah ) hingga akhir hari tasyriq ( 13 Dzul Hijjah ). (dalil : 12)
Jalan yang dilalui Disunnahkan membedakan jalan yang dilalui waktu berangkat shalat hari raya dengan jalan yang dilalui di waktu pulang dari shalat 'ied ( yakni waktu berangkat melalui satu jalan, sedang waktu pulang melalui jalan yang lain ). ( dalil : 8 )
Bila terlambat mengetahui tibanya hari raya Apabila datangnya berita tibanya hari raya sudah tengah hari atau petang hari, maka hari itu diwajibkan berbuka sedang pelaksanaan shalat hari raya dilakukan pada hari esoknya. ( dalil : 10 )
Yang menghadiri shalat 'ied Shalat 'ied disunnahkan untuk dihadiri oleh orang dewasa baik laki-laki maupun wanita, baik wanita yang suci dari haidh maupun wanita yang sedang haidh dan juga kanak-kanak baik laki-laki maupun wanita. Wanita yang sedang haidh tidak ikut shalat, tetapi hadir untuk mendengarkan khutbah 'ied. ( dalil :4 )
Tempat shalat 'ied Shalat 'ied lebih afdhal (utama) diadakan di mushalla yaitu suatu padang yang di sediakan untuk shalat 'ied, kecuali ada uzur hujan maka shalat diadakan di masjid. Mengadakan shalat 'ied di masjid padahal tidak ada hujan sementara lapangan (padang ) tersedia, maka ini kurang afdhal karena menyelisihi amalan Rasulullah saw. yang selalu mengadakan shalat 'ied di mushalla ( padang tempat shalat ), kecuali sekali dua kali beliau mengadakan di masjid karena hujan. ( dalil : 1 dan 8 )
Cara shalat 'ied
a. Shalat 'ied dua raka'at, tanpa adzan dan iqamah dan tanpa shalat sunnah sebelumnya dan sesudahnya. ( dalil : 1,2 dan 7 )
b. Pada raka'at pertama setelah takbiratul ihram sebelum membaca Al-Fatihah, ditambah 7 kali takbir. Sedang pada raka'at yang kedua sebelum membaca Al-Fatihah dengan takbir lima kali. ( dalil 13 )
c. Setelah membaca Fatihah pada raka'at pertama di sunnahkan membaca surat (sabihisma Rabbikal a'la / surat ke 87 ) atau surat iqtarabatissa'ah / surat ke 54 ). Dan setelah membaca alFatihah pada raka'at yang kedua disunnahkan membaca surat ( Hal Ataka Hadithul Ghaasyiyah / surat ke 88 ) atau membaca surat ( Qaaf walqur'anul majid / surat ke 50 ).( dalil : 15 )
d. Setelah selesai shalat , imam berdiri menghadap makmum dan berkhutbah memberi nasihat-nasihat dan wasiat-wasiat, atau perintah-perintah penting.
e. Khutbah hari raya ini boleh diadakan khusus untuk laki-laki kemudian khusus untuk wanita.
f. Khutbah hari raya ini tidak diselingi duduk .( dalil : 1 dan 2 )
Waktu shalat Shalat 'ied diadakan setelah matahari naik, tetapi sebelum masuk waktu shalat dhuha. ( dalil : 9 )
Hari raya jatuh pada hari jumaat. Bila hari raya jatuh pada hari jumaat, maka shalat jumaat menjadi sunnah, boleh diadakan dan boleh tidak, tetapi untuk pemuka umat atau imam masjid jami' sebaiknya tetap mengadakan shalat jumaat. ( dalil : 16 dan 17 )
PANDUAN MENGQADHA PUASA RAMADHAN DAN PELAKSANAAN PUASA SUNNAH ENAM HARI BULAN SYAWAL
1. Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata :
Adalah salah seorang diantara kami tidak puasa pada bulan Ramadhann pada zaman Rasulullah saw. maka ia tidak sanggup mengqadhanya ( membayar puasa yang ditingalkan ) sehingga datang bulan sya'ban ( yakni pada bulan sya'ban baru boleh membayar puasanya) ( H.R : Muslim)
2.Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata :
Adalah saya mempunyai hutang puasa bulan Ramadhan, saya tidak mampu membayarnya sampai datang bulan sya'ban. (H.R Bukhary )
3. Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshariy ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda :
Barang siapa yang puasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti puasa enam hari pada bulan syawal adalah seperti puasa setahun penuh. ( H.R : Muslim)
KESIMPULAN
Hadith-hadith di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa :
a. Barangsiapa yang mempunyai hutang puasa bulan Ramadhan, hendaklah segera diqadha ( di bayar ) secepat mungkin jangan di tunda-tunda kecuali karena ada uzur dan terpaksa di tunda meskipun sampai bulan sya'ban. ( dalil : 2 )
b. Disunnahkan puasa enam hari pada bulan syawal dengan syarat puasa Ramadhannya sudah lengkap, tidak ada hutang.
c. Pengamalan puasa enam hari pada bulan Syawal ini dapat dikerjakan secara berurutan ( enam hari berturut-turut ) atau berselang-seling ( tidak berurutan ). Yang penting pelaksanaanya adalah selama bulan Syawal.
Maraji' (Daftar Pustaka):
1. Al-Qur'anul Kariem
2. Tafsir Aththabariy.
3. Tafsir Ibnu Katsier.
4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani.
5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq.
6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani.
Wednesday, May 31, 2006
Kemungkaran Pada Aidul Fitri
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari dalam kitabnya
Ahkaamu Al'Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, Hari Raya bersama Rasulullah, hal 62-70 mengatakan bahawa menghususkan ziarah kuburpada hari raya termasuk perbuatan mungkar.
KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN YANG SELALU TERJADI PADA HARI RAYA
Ketahuilah wahai saudaraku muslim -semoga Allah memberi taufik kepadaku dan
kepadamu- sesungguhnya kebahagiaan yang ada pada hari-hari raya kadang-kadang membuat manusia lupa atau sengaja melupakan perkara-perkara agama mereka dan hukum-hukum yang ada dalam Islam.
Sehingga engkau melihat mereka banyak berbuat kemaksiatan dan kemungkaran-kemungkaran dalam keadaan mereka menyangka bahawa mereka telah berbuat sebaik-baiknya !! Semua inilah yang mendorongku untuk menambahkan pembahasan yang bermanfaat ini dalam tulisan ini, agar menjadi peringatan bagi kaum muslimin dari perkara yang mereka lupakan dan mengingatkan mereka atas apa yang mereka telah lalai darinya. Di antara kemungkaran itu adalah.
Mengkhususkan ziarah kubur pada hari raya,
Duduk di atas kuburan, bercampur baur antara lelaki dan wanita, meratapi orang-orang yang telah meninggal, dankemungkaran-kemungkaran lainnya.[Lihat perincian yang lain tentang bid'ahyang dilakukan di kuburan dalam kitab "Ahkamul Janaiz" 258-267 oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah]
Adapun membaca Al-Qur'an di atas kuburan merupakan perbuatan bid'ah yang tidak berdasar sama sekali baik dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam maupun para sahabatnya.
Sila rujuk :kitab Bida'u An-Naasi fii Al-Qur'ani, Penyimpangan Terhadap Al-Qur'an oleh Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz.
MEMBACA AL-QUR'AN DI ATAS KUBURAN ORANG YANG TELAH MENINGGAL, MENDOAKANNYA,MELAKUKAN PUASA, SHALAT DAN HAJI UNTUKNYA.
Membaca Al-Qur'an di atas kuburan merupakan perbuatan bid'ah yang tidakberdasar sama sekali baik dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maupun para sahabatnya Radhiyallahu 'anhum. Maka tidak selayaknya bagi kita untuk mengada-ngadakannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu riwayat menyebutkan.
"Artinya : Setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah
merupakan kesesatan" [Diriwayatkan oleh Muslim no 867, dalam kitab Jum'ah Bab "Memendekan Shalat dan Khutbah"]
An-Nasa'i menambahkan.
"Artinya :
Dan setiap kesesatan berada dalam neraka" [Potongan hadith yang
diriwayatkan An-Nasa'i no. 1577, kitab Khutbah bab Tatacara Khutbah dari
hadith Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu]
Maka merupakan kewajipan bagi setiap muslim untuk mengikuti para sahabat
terdahulu dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, sehingga
mendapatkan petunjuk dan kebaikan, berdasarkan hadith Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
"Artinya :
Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam"
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 867, 43, dalam, Kitab Jum'ah, bab Memendekan Shalat dan Khutbah]
Mendoakan mayat di kuburnya tidak mengapa seperti berdiri di samping kubur dan mendoakan ahli kubur dengan doa yang mudah baginya, seperti.
"Artinya :
Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, Ya Allah, jagalah dia
dari api neraka. Ya Allah, masukanlah dia dalam surga, Ya Allah, berilah
kelapangan baginya di kuburnya"
Dan doa-doa yang Lain
Adapun seorang berdoa di atas kuburan untuk mendoakan dirinya sendiri, maka perbuatan ini termasuk bid'ah, karena suatu tempat tidak boleh dikhususkan untuk berdo'a kecuali beberapa tempat yang telah disebutkan oleh nash.
Apabila tidak ada nash dan sunnah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka mengkhususkan suatu tempat di mana pun juga untuk berdo'a bila tidak ada nash yang membolehkannya maka perbuatan tersebut termasuk bid'ah".
Mengenai puasa untuk orang yang meninggal, shalat untuknya, membaca Al-Qur'an baginya dan sejenisnya, sesungguhnya ada empat macam ibadah yang manfaatnya boleh sampai kepada orang yang telah meninggal, menurut ijma' ulama, yaitu : Do'a, amal soleh, , sedekah dan memerdekakan hamba .
Adapun selain empat hal tersebut di atas, para ulama berbeda pendapat mengenainya. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa amal shalih yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal tidak bisa bermanfaat baginya selain empat hal tersebut. Namun yang benar adalah bahwa setiap amal shalih yang diperuntukkan bagi orang yang meninggal boleh bermanfaat baginya, jikayang meninggal adalah orang mukmin.
Akan tetapi kami tidak sependapat bahwa menghadiahkan suatu ibadah kepada orang yang meninggal merupakan perkara-perkata syar'i yang dituntun dari setiap orang. Justru itu kita katakan bahwa jika seseorang menghadiahkan pahala dari suatu amalanya, atau meniatkan bahwa pahala dari amalnya diperuntukkan bagi seorang mukmin yang telah meninggal, maka hal tersebut boleh bermanfaat bagi orang yang diberi, akan tetapi perbuatan itu tidak dituntutkan darinya atau tidak disunnahkan baginya.
Dalil hal tersebut, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengarahkan umatnya kepada perbuatan ini. Hadith shahih yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menyebutkan.
"Artinya : Jika seseorang meninggal, maka amal perbuatannya terputus kecualidari tiga perkara ; sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendo'akannya" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1631, dalam kitabWashiyah, bab Pahala yang Sampai Kepada Mayat Setelah Kematiannya]
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyebutkan :
"Anak shalih yang mengerjakan amal untuknya atau mengerjakan ibadah puasa,shalat atau yang lainnya untuknya".
Ini mengisyaratkan bahwa dilakukan dan disyariatkan adalah do'a untuk orang yang sudah meninggal, bukan menghadiahkan suatu ibadah kepada mereka. Setiap orang di dunia ini melakukan suatu amal shalih, maka hendaknya ia menjadikan amal shalih nya untuk dirinya sendiri, dan memperbanyak do'a bagi orang yang telah meninggal, kerana yang demikian inilah yang baik dan merupakan cara para Salafus Shalih Rahimahullah.
[Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin, Nur 'Alad Darbi, Juz I, I'dad Fayis Musa AbuSyaikhah]
[Penyimpangan terhadap Al-Qur'an hal.42-46 Darul Haq]
Abd Al- Fiqr
Ahkaamu Al'Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, Hari Raya bersama Rasulullah, hal 62-70 mengatakan bahawa menghususkan ziarah kuburpada hari raya termasuk perbuatan mungkar.
KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN YANG SELALU TERJADI PADA HARI RAYA
Ketahuilah wahai saudaraku muslim -semoga Allah memberi taufik kepadaku dan
kepadamu- sesungguhnya kebahagiaan yang ada pada hari-hari raya kadang-kadang membuat manusia lupa atau sengaja melupakan perkara-perkara agama mereka dan hukum-hukum yang ada dalam Islam.
Sehingga engkau melihat mereka banyak berbuat kemaksiatan dan kemungkaran-kemungkaran dalam keadaan mereka menyangka bahawa mereka telah berbuat sebaik-baiknya !! Semua inilah yang mendorongku untuk menambahkan pembahasan yang bermanfaat ini dalam tulisan ini, agar menjadi peringatan bagi kaum muslimin dari perkara yang mereka lupakan dan mengingatkan mereka atas apa yang mereka telah lalai darinya. Di antara kemungkaran itu adalah.
Mengkhususkan ziarah kubur pada hari raya,
Duduk di atas kuburan, bercampur baur antara lelaki dan wanita, meratapi orang-orang yang telah meninggal, dankemungkaran-kemungkaran lainnya.[Lihat perincian yang lain tentang bid'ahyang dilakukan di kuburan dalam kitab "Ahkamul Janaiz" 258-267 oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah]
Adapun membaca Al-Qur'an di atas kuburan merupakan perbuatan bid'ah yang tidak berdasar sama sekali baik dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam maupun para sahabatnya.
Sila rujuk :kitab Bida'u An-Naasi fii Al-Qur'ani, Penyimpangan Terhadap Al-Qur'an oleh Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz.
MEMBACA AL-QUR'AN DI ATAS KUBURAN ORANG YANG TELAH MENINGGAL, MENDOAKANNYA,MELAKUKAN PUASA, SHALAT DAN HAJI UNTUKNYA.
Membaca Al-Qur'an di atas kuburan merupakan perbuatan bid'ah yang tidakberdasar sama sekali baik dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maupun para sahabatnya Radhiyallahu 'anhum. Maka tidak selayaknya bagi kita untuk mengada-ngadakannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu riwayat menyebutkan.
"Artinya : Setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah
merupakan kesesatan" [Diriwayatkan oleh Muslim no 867, dalam kitab Jum'ah Bab "Memendekan Shalat dan Khutbah"]
An-Nasa'i menambahkan.
"Artinya :
Dan setiap kesesatan berada dalam neraka" [Potongan hadith yang
diriwayatkan An-Nasa'i no. 1577, kitab Khutbah bab Tatacara Khutbah dari
hadith Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu]
Maka merupakan kewajipan bagi setiap muslim untuk mengikuti para sahabat
terdahulu dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, sehingga
mendapatkan petunjuk dan kebaikan, berdasarkan hadith Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
"Artinya :
Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam"
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 867, 43, dalam, Kitab Jum'ah, bab Memendekan Shalat dan Khutbah]
Mendoakan mayat di kuburnya tidak mengapa seperti berdiri di samping kubur dan mendoakan ahli kubur dengan doa yang mudah baginya, seperti.
"Artinya :
Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, Ya Allah, jagalah dia
dari api neraka. Ya Allah, masukanlah dia dalam surga, Ya Allah, berilah
kelapangan baginya di kuburnya"
Dan doa-doa yang Lain
Adapun seorang berdoa di atas kuburan untuk mendoakan dirinya sendiri, maka perbuatan ini termasuk bid'ah, karena suatu tempat tidak boleh dikhususkan untuk berdo'a kecuali beberapa tempat yang telah disebutkan oleh nash.
Apabila tidak ada nash dan sunnah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka mengkhususkan suatu tempat di mana pun juga untuk berdo'a bila tidak ada nash yang membolehkannya maka perbuatan tersebut termasuk bid'ah".
Mengenai puasa untuk orang yang meninggal, shalat untuknya, membaca Al-Qur'an baginya dan sejenisnya, sesungguhnya ada empat macam ibadah yang manfaatnya boleh sampai kepada orang yang telah meninggal, menurut ijma' ulama, yaitu : Do'a, amal soleh, , sedekah dan memerdekakan hamba .
Adapun selain empat hal tersebut di atas, para ulama berbeda pendapat mengenainya. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa amal shalih yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal tidak bisa bermanfaat baginya selain empat hal tersebut. Namun yang benar adalah bahwa setiap amal shalih yang diperuntukkan bagi orang yang meninggal boleh bermanfaat baginya, jikayang meninggal adalah orang mukmin.
Akan tetapi kami tidak sependapat bahwa menghadiahkan suatu ibadah kepada orang yang meninggal merupakan perkara-perkata syar'i yang dituntun dari setiap orang. Justru itu kita katakan bahwa jika seseorang menghadiahkan pahala dari suatu amalanya, atau meniatkan bahwa pahala dari amalnya diperuntukkan bagi seorang mukmin yang telah meninggal, maka hal tersebut boleh bermanfaat bagi orang yang diberi, akan tetapi perbuatan itu tidak dituntutkan darinya atau tidak disunnahkan baginya.
Dalil hal tersebut, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengarahkan umatnya kepada perbuatan ini. Hadith shahih yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menyebutkan.
"Artinya : Jika seseorang meninggal, maka amal perbuatannya terputus kecualidari tiga perkara ; sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendo'akannya" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1631, dalam kitabWashiyah, bab Pahala yang Sampai Kepada Mayat Setelah Kematiannya]
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyebutkan :
"Anak shalih yang mengerjakan amal untuknya atau mengerjakan ibadah puasa,shalat atau yang lainnya untuknya".
Ini mengisyaratkan bahwa dilakukan dan disyariatkan adalah do'a untuk orang yang sudah meninggal, bukan menghadiahkan suatu ibadah kepada mereka. Setiap orang di dunia ini melakukan suatu amal shalih, maka hendaknya ia menjadikan amal shalih nya untuk dirinya sendiri, dan memperbanyak do'a bagi orang yang telah meninggal, kerana yang demikian inilah yang baik dan merupakan cara para Salafus Shalih Rahimahullah.
[Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin, Nur 'Alad Darbi, Juz I, I'dad Fayis Musa AbuSyaikhah]
[Penyimpangan terhadap Al-Qur'an hal.42-46 Darul Haq]
Abd Al- Fiqr
Aidulfitri
Kemuncak pada bulan Ramadhan adalah Hari Raya Aidulfitri yang didahului dengan solat Sunat Aidulfitri pada paginya. Jauhilah menyambut dengan perkara-perkara yang boleh merosakkan pahala ibadah puasa kita. Akan hilanglah segala keberkatan dan rahmat ALLAH SWT pada malam Aidulfitri jika dihabiskan dengan hanya mendengar nyanyian-nyanyian samada melalui televisyen ataupun radio.
Sebagai peringatan janganlah kita hanya sekadar mendengar takbir Aidulfitri melalui televisyen dan dari corong radio tapi kita sendiri tidak bertakbir. Marilah kita bersama-sama bertakbir memuji ALLAH SWT.
Marilah kita menyambutnya mengikut Sunnah Rasulullah SAW dimana Baginda memerintahkan kita BERTAKBIR memuji ALLAH SWT pada malamnya sehingga sebelum solat Sunat Aidulfitri. Bertakbir samada ketika sambil memasak atau mengemas, berdiri, duduk ataupun berbaring.
Jubir Bin Nufayr dan Muhammad Bin Ziryad berkata:
Apabila sahabat-sahabat Nabi SAW bertemu pada hari raya mereka akan ucapkan:
TAQABBALALLAAHU MINNAA WA MINKUM
Maksudnya:
“Semoga ALLAH terima amal kami dan amal engkau.”
(Riwayat Ahmad)
Sebagai peringatan janganlah kita hanya sekadar mendengar takbir Aidulfitri melalui televisyen dan dari corong radio tapi kita sendiri tidak bertakbir. Marilah kita bersama-sama bertakbir memuji ALLAH SWT.
Marilah kita menyambutnya mengikut Sunnah Rasulullah SAW dimana Baginda memerintahkan kita BERTAKBIR memuji ALLAH SWT pada malamnya sehingga sebelum solat Sunat Aidulfitri. Bertakbir samada ketika sambil memasak atau mengemas, berdiri, duduk ataupun berbaring.
Jubir Bin Nufayr dan Muhammad Bin Ziryad berkata:
Apabila sahabat-sahabat Nabi SAW bertemu pada hari raya mereka akan ucapkan:
TAQABBALALLAAHU MINNAA WA MINKUM
Maksudnya:
“Semoga ALLAH terima amal kami dan amal engkau.”
(Riwayat Ahmad)
Mengeratkan Silaturahim
Arahan mengeratkan Silaturrahim diperintah oleh ALLAH SWT di dalam Surah An-Nisaa’ Ayat 1.
Maksudnya:
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah mencipta kamu dari yang satu dan daripadanya ALLAH menciptakan isterinya, dan daripada keduanya ALLAH memperkembang biakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada ALLAH dengan namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya ALLAH selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Ayat di atas disokong kuat oleh sebuah hadith Qudsi sepertimana sabda Rasulullah SAW.
Maksudnya:
“ALLAH telah berfirman: Aku adalah ALLAH, Aku adalah Ar-Rahman. Aku mencipta rahim dan Aku telah pecahkan baginya (rahim) Nama dari NamaKu; oleh itu siapa yang menghubungkannya nescaya Aku akan hugungan dia, barangsiapa yang memutuskannya nescaya Aku akan memutuskannya.”
Berdasarkan hadith, lebih-lebih lagi pada hari baik bulan baik ini (Ramadhan) eloklah kita pertingkatkan hubungan silaturrahim di kalangan keluarga terdekat kerana definasi silaturrahim adalah jalinan di antara kaum kerabat yang ada pertalian darah sesama mereka termasuk juga ibu dan bapa mertua kita.
Berdasarkan hadith tersebut, adalah sesuatu yang malang juka kita memutuskan silaturrahim, kerana selain dari satu dosa ia akan menjadi halangan untuk mendapat Rahmat ALLAH dan segala amalan-amalan kita tidak akan diangkat ke langit.
Sebaliknya ganjaran orang-orang yang menghubungkan dan mengeratkan silaturrahim sungguh banyak. Antara lain ALLAH SWT akan menambahkan rezeki dan memanjangkan umur kita, menghindarkan mati dengan cara tiba-tiba atau mengejut, menyucikan hati dan membersihkan jiwa. Ianya juga adalah satu jalan ke syurga dan satu cara menghapuskan dosa-dosa. SWT.
Maksudnya:
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah mencipta kamu dari yang satu dan daripadanya ALLAH menciptakan isterinya, dan daripada keduanya ALLAH memperkembang biakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada ALLAH dengan namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya ALLAH selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Ayat di atas disokong kuat oleh sebuah hadith Qudsi sepertimana sabda Rasulullah SAW.
Maksudnya:
“ALLAH telah berfirman: Aku adalah ALLAH, Aku adalah Ar-Rahman. Aku mencipta rahim dan Aku telah pecahkan baginya (rahim) Nama dari NamaKu; oleh itu siapa yang menghubungkannya nescaya Aku akan hugungan dia, barangsiapa yang memutuskannya nescaya Aku akan memutuskannya.”
Berdasarkan hadith, lebih-lebih lagi pada hari baik bulan baik ini (Ramadhan) eloklah kita pertingkatkan hubungan silaturrahim di kalangan keluarga terdekat kerana definasi silaturrahim adalah jalinan di antara kaum kerabat yang ada pertalian darah sesama mereka termasuk juga ibu dan bapa mertua kita.
Berdasarkan hadith tersebut, adalah sesuatu yang malang juka kita memutuskan silaturrahim, kerana selain dari satu dosa ia akan menjadi halangan untuk mendapat Rahmat ALLAH dan segala amalan-amalan kita tidak akan diangkat ke langit.
Sebaliknya ganjaran orang-orang yang menghubungkan dan mengeratkan silaturrahim sungguh banyak. Antara lain ALLAH SWT akan menambahkan rezeki dan memanjangkan umur kita, menghindarkan mati dengan cara tiba-tiba atau mengejut, menyucikan hati dan membersihkan jiwa. Ianya juga adalah satu jalan ke syurga dan satu cara menghapuskan dosa-dosa. SWT.
Zakat
Sungguh banyak ayat-ayat Al-Quran yang memperkatakan kewajiban mengeluarkan zakat. Malahan arahan tersebut sentiasa seiring dengan arahan mendirikan solat.
Antaranya Ayat 1, 2, dan 3 Surah An-Naml.
Maksudnya:
“Thaa Seen (Allah SWT yang mengetahui maksudnya)! Inilah beberapa ayat Al-Qur’an dan kitab yang terang. Untuk menjadi petunjuk dan memberi khabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Iaitu yang mendirikan solat dan membayar zakat.”
Antara jenis-jenis zakat ialah zakat fitrah, zakat pendapatan, zakat wang simpanan, zakat saham, zakat emas dan zakat perniagaan.
ALLAH SWT telah mewajibkan bayaran zakat untuk menyucikan segala harta-harta kita sepertimana yang dijelaskan dalam Ayat 103 Surah At-Taubah.
Maksudnya:
“Ambillah dari harta itu sedekah (zakat) yang dengan itu engkau bersihkan dan sucikan mereka.”
Urusan-urusan pungutan zakat di Malaysia telah banyak dipermudahkan. Membayar zakat pada bulan Ramadhan sungguh besar ganjarannya. Oleh itu rebutlah peluang keemasan ini. Bersegeralah membuat amalan yang baik yang sangat-sangat diredhai ALLAH SWT.
Zakat Fitrah
Jangan kita lewatkan bayaran zakat fitrah sehingga selesai solat Aidulfitri kerana Rasulullah SAW telah memberi peringatan melalui hadithnya. Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya:
“…dan barangsiapa memberikan sesudah solat Aidulfitri, maka itu menjadi sedekah – sedekah biasa (bukan zakat fitrah).”
Antaranya Ayat 1, 2, dan 3 Surah An-Naml.
Maksudnya:
“Thaa Seen (Allah SWT yang mengetahui maksudnya)! Inilah beberapa ayat Al-Qur’an dan kitab yang terang. Untuk menjadi petunjuk dan memberi khabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Iaitu yang mendirikan solat dan membayar zakat.”
Antara jenis-jenis zakat ialah zakat fitrah, zakat pendapatan, zakat wang simpanan, zakat saham, zakat emas dan zakat perniagaan.
ALLAH SWT telah mewajibkan bayaran zakat untuk menyucikan segala harta-harta kita sepertimana yang dijelaskan dalam Ayat 103 Surah At-Taubah.
Maksudnya:
“Ambillah dari harta itu sedekah (zakat) yang dengan itu engkau bersihkan dan sucikan mereka.”
Urusan-urusan pungutan zakat di Malaysia telah banyak dipermudahkan. Membayar zakat pada bulan Ramadhan sungguh besar ganjarannya. Oleh itu rebutlah peluang keemasan ini. Bersegeralah membuat amalan yang baik yang sangat-sangat diredhai ALLAH SWT.
Zakat Fitrah
Jangan kita lewatkan bayaran zakat fitrah sehingga selesai solat Aidulfitri kerana Rasulullah SAW telah memberi peringatan melalui hadithnya. Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya:
“…dan barangsiapa memberikan sesudah solat Aidulfitri, maka itu menjadi sedekah – sedekah biasa (bukan zakat fitrah).”
Prihatin Kepada Amalan Khusus
Amalan-amalan khusus di dalam puasa harian kita yang patut diambil berat juga ialah waktu berbuka dan bersahur.
Waktu berbuka:
Sunnah Rasulullah SAW telah mengawalkan waktu berbuka puasa dan memakan rutob/buah kurma. Baginda juga berdoa kerana doa orang yang berbuka puasa tidak ditolak oleh ALLAH WST seperti yang telah disebut sebelum ini. Doa Rasulullah SAW:
ZAHABADZ DZAMA’U WAB TALLATIL ‘URUUQU WA THABATAL ARJU INSHAALLAH
Maksudnya:
“Telah hilang kehausan, telah basah segala urat dan mudah-mudahan pula telah tetap pahala.”
Waktu sahur
Sahur pada pagi hari adalah satu amalam puasa yang sangat penting kerana mengikut Sunnah. Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya:
“Sesungguhnya pembeza/pemisah kita dengan ahli kitab Yahudi dan Nasrani adalah makan sahur.”
(Hadith riwayat Imam Muslim)
Maksudnya:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat berselawat ke atas orang-orang yang makan sahur.”
Sangat digalakkan kita berjaga dengan beribadat di antara sahur dengan terbit fajar agar dapat mengerjakan solat subuh pada awal waktunya.
Waktu berbuka:
Sunnah Rasulullah SAW telah mengawalkan waktu berbuka puasa dan memakan rutob/buah kurma. Baginda juga berdoa kerana doa orang yang berbuka puasa tidak ditolak oleh ALLAH WST seperti yang telah disebut sebelum ini. Doa Rasulullah SAW:
ZAHABADZ DZAMA’U WAB TALLATIL ‘URUUQU WA THABATAL ARJU INSHAALLAH
Maksudnya:
“Telah hilang kehausan, telah basah segala urat dan mudah-mudahan pula telah tetap pahala.”
Waktu sahur
Sahur pada pagi hari adalah satu amalam puasa yang sangat penting kerana mengikut Sunnah. Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya:
“Sesungguhnya pembeza/pemisah kita dengan ahli kitab Yahudi dan Nasrani adalah makan sahur.”
(Hadith riwayat Imam Muslim)
Maksudnya:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat berselawat ke atas orang-orang yang makan sahur.”
Sangat digalakkan kita berjaga dengan beribadat di antara sahur dengan terbit fajar agar dapat mengerjakan solat subuh pada awal waktunya.
Zikir, Doa Dan Istighfar
Siang dan malam dengan memperbanyakkan zikir, doa, khususnya pada waktu-waktu yang mustajab. Satu daripadanya adalah waktu berbuka di mana doa orang yang berpuasa ketika berbuka tidak ditolak oleh ALLAH SWT.
Subscribe to:
Posts (Atom)